27 Oktober 2022 | Putri Anindita, S.Psi. | 57
Setiap orangtua tentu ingin melindungi dan memastikan semua urusan anaknya berjalan dengan baik. Namun jika keterlibatan orangtua tersebut berlebihan, apakah akan berdampak baik untuk anak?
Setiap orangtua memiliki pola asuh yang berbeda-beda kepada anaknya. Namun, jika keterlibatan orangtua terhadap setiap urusan anaknya berlebihan, bisa jadi pola asuh tersebut mengarah kepada helicopter parenting atau dikenal juga dengan overprotective parenting.
Helicopter parenting merupakan sebutan untuk orangtua yang memperhatikan segala aspek kehidupan sang anak secara berlebihan.
Istilah Helicopter Parenting pertama kali dimuat dalam buku “Between Parent & Teenager” yang diterbitkan pada tahun 1969. Di dalam buku tersebut diceritakan bahwa seorang remaja melaporkan bahwa ibunya terus-menerus mengawasinya seperti helicopter. Sejak saat itulah, istilah Helicopter Parenting digunakan oleh para akademisi untuk menyebut orangtua yang mengawasi anaknya secara berlebihan.
Karakteristik pola asuh Helicopter Parenting ini memiliki kecenderungan orang tua yang terlalu terlibat dalam setiap kehidupan anak-anak mereka. Tidak jarang akibat dari pola asuh Helicopter Parenting ini anak-anak sulit untuk memilih kegiatan dan minat karena telah dipilihkan dan ditentukan oleh orang tuanya.
Orang tua dengan pola asuh Helicopter Parenting akan mencoba mengatur jadwal anak-anak mereka dari tahap akademik maupun non-akademik. Bahkan, orang tua juga sampai mencoba dan mengatur pertemanan dan status sosial sang anak. Alih-alih ingin membantu anak agar menjadi orang sukses di masa depan, ternyata pola asuh Helicopter Parenting ini memiliki lebih banyak dampak buruk bagi perkembangan anak, antara lain :
1. Anak menjadi Penakut dan Tidak Percaya Diri
Ketakutan dan kekhawatiran orangtua yang berlebihan, akan sangat berpengaruh terhadap anak, sehingga anak juga akan menjadi takut dan khawatir khususnya untuk melakukan hal-hal tanpa pengawasan dari orangtua.
2. Anak menjadi Tidak Bisa Menyelesaikan Masalahnya Sendiri
Psikolog dalam spesialisasi bidang hubungan orangtua dan anak dari Amerika Serikat (AS) Lauren Feiden menyatakan bahwa, Helicopter Parenting merupakan suatu masalah yang dapat membuat anak menjadi ketergantungan dan tidak dapat menghadapi masalahnya sendiri, karena orangtua selalu ikut campur dan terlibat terlalu di setiap tantangan yang dihadapi anak. Sehingga pada akhirnya, keputusan yang diambil selalu bergantung kepada orangtua.
3. Anak Jadi Mudah Berbohong
Sikap orang tua yang terlalu mengekang anak bisa mendorong anak untuk berbohong. Oleh karena itu, diharapkan orang tua dapat memberikan ruang gerak yang cukup kepada anak untuk mengembangkan diri. Jika ruang gerak tersebut dibatasi, maka anak akan mencari celah sehingga dapat memunculkan kebiasaan berbohong supaya mereka bisa lolos dari kekangan orang tuanya.
4. Anak Mudah Stres dan Cemas
Hasil survey yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health Pennsylvania State University menunjukan bahwa gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering dialami oleh mahasiswa. Dari hasil survey terhadap 100.000 mahasiswa, terdapat 55% mahasiswa menginginkan konseling untuk masalah kecemasan, 45% untuk masalah depresi, dan 43% untuk masalah stres. Dari hasil konseling tersebut, ditemukan salah satu penyebabnya yaitu pola asuh orang tua yang selalu berlebihan mengawasi semua kegiatan anak.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua?
Tidak selamanya orang tua akan berada di sisi anak. Dengan tidak menerapkan pola Helicopter Parenting, orang tua sebenarnya mempersiapkan anak menjadi pribadi yang tangguh kelak saat orang tua tak lagi bersama mereka.
Referensi :
https://www.halodoc.com/artikel/dampak-pada-anak-dengan-pola-asuh-helicopter-parenting