28 Februari 2023 | Hilda Asiharjati, S.Psi. | 36
Bunuh Diri adalah masalah kesehatan global dan menempati peringkat kedua penyebab kematian paling umum pada kelompok usia 15-29 tahun di dunia. Remaja dan pemuda merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap perilaku bunuh diri. Berdasarkan data WHO, angka bunuh diri di dunia hampir mencapai 800.000 orang setiap tahun. Bahkan, angka ini belum termasuk kasus yang tidak resmi tercatat. Data ini menunjukkan bahwa kasus bunuh diri tidak bisa dianggap remeh dan korbannya pun memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Berangkat dari tingginya kasus bunuh diri di berbagai negara maka pada tahun 2003 WHO menggandeng International Association for Suicide Prevention untuk menetapkan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia setiap tanggal 10 September. Prakarsa tersebut muncul sebagai usaha memahami bagaimana menjangkau orang-orang yang tampaknya membutuhkan bantuan atau ingin bunuh diri. Tahun 2022 ini tema yang diangkat dalam peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri adalah "Menciptakan Harapan Melalui Tindakan" (Creating Hope Through Action), sebagai pengingat ada jalan keluar selain bunuh diri. Satu hal yang juga harus diperhatikan dari kasus bunuh diri adalah terjadinya copycut suicide. Copycat suicide adalah tindakan bunuh diri yang dilatarbelakangi peniruan kasus bunuh diri sebelumnya ; disinilah peran media sosial sebagai sumber informasi penting justru berisiko memberikan penggambaran tidak pantas mengenai bunuh diri.
Bunuh diri sering menjadi pilihan terakhir ketika seseorang merasa masalah hidupnya tidak terselesaikan. Dalam situasi putus asa, kehilangan harapan muncul kecenderungan menyakiti diri sendiri, niatan pikiran untuk bunuh diri sampai upaya percobaan bunuh diri. Diakui bahwa setiap orang tidak lepas dari masalah, respon seseorang saat menghadapi masalah berbeda-beda. Ada yang optimis ketika dirinya sedang ditimpa banyak masalah, ada juga yang pesimis sembari merasa tidak sanggup dan merasa hidupnya tidak berarti lagi. Respon ini dipengaruhi oleh seberapa kuat mental seseorang menghadapi masalah. Kesehatan mental juga membantu menentukan bagaimana seseorang menangani stress dan membuat pilihan yang sehat. Maka dari itu penting sekali untuk menjaga kesehatan mental yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober.
Momentum peringatan hari pencegahan bunuh diri serta hari kesehatan mental ini mengajak kita untuk memberi sinyal kepada mereka yang berniat untuk mengakhiri hidupnya bahwa di dalam permasalahan masih ada jalan keluar. Kita lebih terbuka, peka terhadap kondisi kesehatan mental orang di sekitar kita, menyediakan waktu dan telinga kita menjadi pendengar. Di sinilah peranan lingkungan terdekat baik keluarga / teman hingga komunitas sekolah, gereja, masyarakat sekitar bahkan media sosial menjadi penting dalam mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Mari kita bangun lingkungan yang memberi rasa aman serta merangkul mereka yang berjuang di tengah krisis. Menggiatkan berbagai upaya informasi pencegahan bunuh diri. Sekecil atau sesederhana apapun tindakan yang kita upayakan dapat membuat mereka sadar bahwa mereka ditemani dan ditolong mengelola emosinya untuk melewati saat-saat tergelap dalam hidup mereka.