31 Januari 2022 | Rahel Violin Sadrah, S.Psi. | 54
Keterikatan manusia pada gawainya telah mengurangi makna interaksi langsung dengan orang lain. Hal ini menciptakan beberapa kondisi, misalnya saja phubbing, smombie atau yang paling banyak ditemui adalah nomophobia. Phubbing diartikan sebagai sikap mengabaikan orang lain karena perhatiannya lebih tertuju pada ponsel yang dipegangnya. Smombie, singkatan dari smartphone zombie dimana seseorang akan menjadi mirip "zombie" saat bersama ponselnya, tidak peduli pada lingkungannya. Sedangkan nomophobia merupakan fobia yang dirasakan saat tanpa ponsel. Yang satu ini disebut bisa sangat merusak kualitas hidup dan kesehatan.
Nomophobia (No mobile phone phobia) merupakan gangguan abad ke-21 yang dihasilkan dari teknologi, dimana nomophobia menunjukkan rasa kecemasan atau tidak nyaman ketika tidak terhubung dengan smartphone. Yuk kita lihat penjelasan singkatnya, berikut ini.
Apa itu nomophobia?
Nomophobia mengacu pada "kecemasan karena tidak memiliki akses ke ponsel atau layanan ponsel. Istilah itu diciptakan pada tahun 2008 berdasarkan survei yang dilakukan oleh UK Post Office untuk menentukan apakah ponsel menyebabkan kecemasan. Saat itu, sekitar separuh responden mengatakan mereka merasa stres saat tidak bersentuhan dengan ponsel mereka.
Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Sleep menemukan bahwa 90 persen dari 327 mahasiswa yang disurvei dapat dikategorikan memiliki nomophobia sedang hingga parah. Nomophobia dikaitkan dengan gangguan tidur, rasa kantuk di siang hari, dan kebiasaan tidur yang buruk. “Peserta survei mengaku memeriksa email, SMS, atau berselancar di media sosial setelah mematikan lampu untuk tidur ; beberapa orang juga melaporkan bahwa mereka khawatir akan ketinggalan sesuatu atau bahwa mereka tidak akan bisa mendapatkan bantuan atau menghubungi seseorang jika perlu.
Nah, Jika kamu tidak bisa tidur tanpa melihat-lihat berita dan media sosial, terus mengaktifkan notifikasi sepanjang malam untuk memastikan tidak melewatkan apa pun, atau selalu meletakkan ponsel di telapak tangan, kamu mungkin menderita nomophobia.
Berikut ini gejala fisik yang mungkin akan dialami oleh penderita nomophobia:
• Berkeringat
• Sakit kepala
• Sesak di dada
• Tubuh gemetaran
• Detak jantung menjadi lebih cepat
• Kesulitan bernapas dengan normal
Sementara itu, gejala emosional nomophobia meliputi:
• Panik dan cemas ketika tidak bisa menemukan ponsel yang dibawa
• Stres dan cemas saat tidak bisa mengecek ponsel dalam waktu tertentu
• Muncul rasa khawatir, panik, dan takut ketika lupa membawa atau tidak bisa memakai ponsel
• Merasa cemas dan gelisah saat tidak memegang atau tidak bisa menggunakan ponsel untuk sementara waktu
• Stres dan takut ketika jaringan data atau sambungan wi-fi tidak bisa digunakan
Gejala yang dialami oleh penderita nomophobia mungkin akan berbeda pada masing-masing orang. Tingkat keparahannya bergantung pada seberapa besar kecanduan mereka terhadap ponsel.
Tips yang biasanya diberikan untuk membantu seseorang tidur nyenyak ternyata justru memicu stres pada orang nomophobia. Pada penderita nomophobia, “Penelitian menunjukkan bahwa menyuruh seseorang untuk menempatkan ponsel mereka (jauh) dari kamar tidur cukup menimbulkan kecemasan sehingga tidur mereka akan terganggu.
Strategi yang bisa dilakukan untuk membantu mengurangi kecemasan jika tidak memegang gawai yaitu dengan menggunakan pengaturan ponsel yang membatasi penggunaan. Misalnya, aktifkan fungsi “Do not disturb” dari waktu tidur hingga waktu bangun, mematikan notifikasi pada saat menerima pesan teks atau email dan tidak dapat menerima panggilan telepon. Namun, tetap dapat memprogram kontak darurat sehingga tidak akan melewatkan kabar yang penting.
Segera cari bantuan profesional psikologi jika keterikatan pada ponsel mulai mengganggu kehidupan sehari-hari. Misalnya selalu mengantuk di siang hari, terbangun di malam hari untuk membaca notifikasi, atau orang di sekitarmu mulai mengeluhkan sikap kecanduan gawai mu.
Berikut ini ada beberapa langkah untuk menghindarkan diri dari nomophobia, diantaranya;
1. Mencari waktu tertentu untuk tidak menggunakan ponsel
seperti saat makan, belajar, bekerja, bertemu dengan seseorang, tidur, dan lain sebagainya. Hal ini tentu dapat meningkatkan produktivitas jika benar-benar dilakukan.
2. Memberi perhatian lebih besar pada kehidupan nyata dibandingkan kehidupan maya
Sebagian orang seringkali terjebak dengan kehidupan maya hingga mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat berdampak buruk misalnya jika sedang berada dalam pertemuan atau obrolan dengan orang lain.
3. Memberi batas informasi yang kita perlukan
Memeriksa jumlah notifikasi atau pesan yang diterima terus menerus sepanjang hari sangatlah membuang waktu. Lebih baik menggunakan waktu tersebut untuk hal berkualitas.
4. Lebih banyak bersosialisasi dalam kehidupan nyata
University of Sheffield mendapati adanya manfaat tertentu dari mematikan ponsel dan memberi perhatian lebih pada kehidupan sosial nyata.
“Ponsel bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Be wise to use it!”
Referensi